Rokok dan Saya
Rokok, merupakan sesuatu yang sangat akrab dalam kehidupan sehari-hari
kita, mulai dari iklan yang sangat gencar dilakukan oleh
perusahaan-perusahaan rokok itu sendiri, baik melalui audi, visual atau
gabungan dari keduanya. Rokok juga sangat mudah ditemukan dilingkungan
sekitar kita, baik di kios-kios kecil hingga super market. Rokok juga
merupakan sesuatu yang sangat sulit (bagi sebahagian orang) untuk
dipisahkan, bahkan ada ungakapan "tidak ada hari tanpa rokok", benarkah?
Mungkin
bukan suatu keahlian saya, untuk mempreteli unsur-unsur kimia serta
racun yang terkandung pada sebatang rokok, yang menurut beberapa artikel
dan poster yang saya baca rokok mengandung 4000 elemen kimia yang 200
diantaranya berbahaya bagi tubuh dan 40 diantaranya karsinogenik (zat
pemicu kanker). Bukan juga keahlian saya, untuk membahas dampak yang
diberikan oleh rokok bagi si perokok, yang menurut lagi-lagi menurut
sumber bacaan saya dapat mengakibatkan kerusakan sistem pernapasan,
kanker mulut, tenggorokan hingga paru, dan yang lebih parah dapat
mengakibatkan impotensi bagi pria dan keguguran bagi wanita. Bukan juga
keahlian saya, untuk membahas dalil-dalil agama yang konon katanya
beberapa ulama dunia telah memberikan fatwa haram terhadap rokok.
Namun,
yang ingin menjadi bahasan saya adalah hubungan rokok dan saya. Yang
sudah kehilangan kemesraannya sehingga kini, saya bisa secara total
untuk berhenti mengepulkan asap secara aktif. Sebelum membahas lebih
jauh, izinkan saya memaparkan sedikit perjalanan indah nan menyesatkan
saya serta awal-awal saya diperkenalkan dengan rokok. Ya, benar. Pada
mulanya saya tidak mengenal rokok, dalam artian saya tidak merokok, dan
sangat mungkin sebagian dari anda-yang merokok-memulai hubungan dengan
rokok ini juga diawali dengan dikenalkannya rokok ini oleh orang sekitar
anda, baik itu orang tua, kerabat dekat, atau teman. Karena, pada hakikatnya kita tidak merokok.
Atau ada diantara anda yang ketika pertama kali dilahirkan dan
menghirup udara dunia langsung secara otomatis mencari sebatang rokok,
memantiknya dan menghisapnya?
Awal
perkenalan saya dengan rokok adalah ketika saya berumur sekitar 6 tahun,
dan adalah kakek saya yang memperkenalkan dan mengajarkan saya untuk
merokok. Namun, perkenalan itu tidak berlangsung begitu lama, karena
saya belum terlalu terperdaya untuk terbiasa menghabiskan hari dengan
merokok. Hingga pada saat saya duduk dibangku sekolah menengah pertama,
dikelas 1 tepatnya. Hubungan saya dengan rokok mulai memiliki intensitas
yang lebih tinggi, walaupu masih harus sembunyi-sembunyi ketika membeli
dan menghisapnya. Hubungan yang melenakan ini berlanjut hingga saya
berada dibangku perkuliahan, tepatnya dipenghujung semester 4. Pada
saat-saat itu, mulai timbul dalam diri saya keengganan untuk merokok,
saya bosan merokok. Lalu, saya mulai mendapati diri saya menghabiskan
waktu untuk membaca segala macam yang berkaitan dengan rokok, dampak
serta akibat yang diberikannya, bagaimana rokok memberikan dampak yang
begitu luar biasa terhadap runtuhnya ketahanan ekonomi, bagi rakyat
menengah kebawah khususnya, yang sebahagian besar pendapatannya habis
untuk membeli satu atau dua bungkus rokok, hingga saya membaca kiat-kiat
yang dilakukan untuk berhenti merokok.
Setelah
berbagai riset yang saya lakukan, saya memahami bahwa merokok itu bukan
hal yang hakiki bagi seorang manusia, karena pada dasarnya manusia
tidak merokok. Merokok lebih cenderung merupakan sebuah kebiasaan yang
terus diulangi dan perokok terlanjur menyerah terhadap kebiasaan
tersebut. Ketika itu, saya mulai mendapat diri saya mengurangi
intensitas untuk merokok, yang semulanya dua bungkus perhari menjadi
setengah bungkus, karena menurut saya sungguh susah untuk bisa total
berhenti seketika itu juga. Namun, tidak berapa lama saya bergabung
dengan salah satu komunitas eks-perokok secara online dan saya terhenyak
ketika sebuah kalimat terpampang di halaman depan base-camp komunitas tersebut, yang berbunyi: "Jika ingin berhenti merokok, maka berhentilah merokok".
Salah satu pengasuh dalam komunitas itu memaparkan lebih lanjut "tidak
ada alasan yang bisa dibuat untuk mengalihkan kita untuk tidak merokok,
jika anda ingin berhenti merokok segera berhentilah merokok". Saya
mulai memaknai kata-kata dari orang tersebut, dan saya akhirnya mengerti
kenapa untuk berhenti merokok itu yang dibutuhkan hanyalah berhenti
merokok. Sesungguhnya, merokok itu merupakan sebuah kebiasaan, dan
bagaimana cara kita untuk merubah sebuah kebiasaan? ya dengan menciptkan
sebuah kebiasaan baru, untuk bisa menghentikan kebiasaan merokok, maka
ciptakan kebiasaan tidak merokok. Seperti bagaimana menciptakan sebuah
kebiasaan untuk menulis, maka kita harus menyegerakan untuk menulis. See, it's simple.
Namun,
untuk bisa menimbulkan kebiasaan baru dan konsisten dengan kebiasaan
tersebut, itulah perjuangan yang sesungguhnya. Disini, saya ingin
memberikan tips utama yang saya lakukan untuk dapat berhenti merokok:
1. Niat
Sesungguhnya
segala sesuatu diawali dengan sebuah niat, niat untuk berhenti merokok.
Sebelum berniat, kita terlebih dahulu harus mengetahui apa makna dari
niat kita tersebut. Untuk dapat berhenti merokok, perbanyak bacaan
mengenai rokok, efek akibat serta dampak yang ditimbulkan dari rokok,
hingga apa manfaat yang didapat ketika kita tidak merokok. Untuk memulai
sebuah niat, itu sesungguhnya masih perkara yang sangat mudah, namun
untuk dapat konsisten menjalani niat tersebut, itulah saat kita
membutuhkan kunci yang kedua.
2. Tekad
Tekad,
jika diartikan secara bahasa berarti kemauan, kebulatan hati. Adapun
untuk bisa menimbulkan tekad ini, harus benar-benar memulai sebuah niat
dari hati, bukan karena ajakan atau pengaruh orang lain. Saya sendiri,
menimbulkan tekad untuk berhenti merokok ketika saya membaca dampak
merokok dan manfaat yang saya dapat ketika merokok. Sesungguhnya, saya
bertekad untuk menghasilkan keturunan yang baik dan sebaik-baik
keturunan. Sila cari disitus-situs pencari di internet, bagaimana rokok
(dalam hal ini asap rokok) dapat mempengaruhi keturunan dan orang-orang
yang kita cintai disekitar kita.
Dua
hal diatas menjadi pemicu semangat saya untuk bisa mengikrarkan diri
sebagai orang yang tida merokok! Oh ya, jangan lupa anda harus
bersemangat dalam melakukan kedua hal tersebut, pastikan jika anda ingin
merubah sebuah kebiasaan itu dikarenakan anda sendiri ingin merubahnya,
karena hanya anda yang bisa melakukan apa yang ingin anda lakukan.
Disamping dua hal utama yang saya sebutkan diatas, hal pendukung yang
dapat diperhitungkan dalam memberikan keberhasilan untuk berhenti
merokok adalah bergabung dengan komunitas-komunitas eks-perokok atau
cari orang yang siap mendukung anda untuk berhenti merokok. Karena,
ketika awal-awal kita berhenti merokok, hasrat untuk merokok itu sangat
kuat datangnya, bahkan berlipat-lipat kuatnya dibanding ketika disaat
kita merokok. Konon, ini adalah proses detoksifikasi yang terjadi, dan
disaat-saat seperti ini adalah saat-saat yang berbahaya. Ketika hasrat
itu muncul, dulu saya membiasakan untuk melaporkan hal yang sedang
terjadi di komunitas tersebut, dan akhirnya saya larut dalam pembicaraan
yang terjadi disana.
Ada
juga usaha teman saya untuk tidak merokok, ketika itu dia menuliskan
status di jejaring sosial bahwa dia berniat untuk merokok, dan dia
bertekad untuk benar-benar berhenti dengan menuliskan diary-nya
setiap harinya tanpa rokok distatus miliknya, dan hal itu mendapat
tanggapan yang positif dari teman-temannya hingga setiap hari ada saja
yang memberikan semangat walau sebatas kata "Cayo!". Sesungguhnya,
ketika kita berniat, serta memiliki tekad dan semangat, tidak ada yang
tidak dapat kita lakukan, apalagi hanya sekedar untuk membiasakan diri untuk tidak merokok.
Komentar
Posting Komentar
Dipersilahkan tanggapannya